Generasi Muda Jadi Agen Perubahan dalam Seminar Nasional Krisis Iklim di Unram

Mataram, Universitas Mataram – IAAS Indonesia LC Unram berkolaborasi dengan Institut Hijau Indonesia (IHI) menyelenggarakan Seminar Nasional: Alarm Krisis Iklim dan Dialog Kaum Muda pada hari Selasa, 19 Agustus 2025 di Gedung Dome Unram. Seminar nasional ini diselenggarakan untuk membangun kesadaran dan memperkuat gerakan kaum muda terkait isu iklim.
Kegiatan ini digelar sebagai bagian dari Roadshow Kampus dan Komunitas Pemuda untuk membangun kesadaran dan memperkuat gerakan kaum muda dalam merespons krisis iklim. Acara ini menghadirkan ruang dialog setara antara mahasiswa, akademisi, pembuat kebijakan, dan organisasi masyarakat sipil, dengan tujuan mendorong partisipasi generasi muda tidak hanya sebagai penerima informasi, tetapi juga sebagai penggerak solusi.
Dalam sambutannya, Wakil Rektor Bidang Akademik Unram, Prof. Dr. Sitti Hilyana, menyampaikan apresiasi atas inisiatif IAAS Indonesia LC Unram dan IHI yang melibatkan kaum muda dalam isu krusial seperti krisis iklim. Ia menegaskan bahwa peran mahasiswa tidak hanya sebatas kegiatan akademik di kelas, tetapi juga harus hadir dalam isu-isu global yang berdampak langsung terhadap masa depan bangsa.
“Mahasiswa bukan sekadar penerima informasi, tetapi juga agen perubahan yang akan menentukan arah masa depan bangsa. Dengan hadirnya anak muda dalam percakapan dan aksi nyata terkait krisis iklim, saya yakin persoalan ini dapat ditangani lebih baik daripada sebelumnya,” tegasnya.
Prof. Nana juga menekankan pentingnya peran perguruan tinggi dalam merespons isu perubahan iklim dan menjaga keberlanjutan lingkungan hidup. Ia menyampaikan bahwa perguruan tinggi tidak hanya bertugas mencetak lulusan, tetapi juga harus menjadi motor penggerak inovasi dan pengembangan teknologi yang dapat diterapkan langsung di masyarakat.
Menurutnya, amanah yang diberikan pemerintah kepada perguruan tinggi adalah untuk ikut mengawal capaian pembangunan berkelanjutan, termasuk dalam menghadapi krisis iklim yang erat kaitannya dengan isu lingkungan, energi, air, kemiskinan, hingga tata kelola sumber daya alam.
“Universitas Mataram berada di posisi strategis dengan kekayaan ekologi yang luar biasa, mulai dari Gunung Rinjani hingga kawasan pesisir dan laut. Potensi ini harus dimanfaatkan sebagai laboratorium hidup bagi mahasiswa dalam menjawab tantangan iklim,” ujarnya.
Latar belakang seminar ini berangkat dari kondisi krisis lingkungan dan perubahan iklim yang semakin nyata. Indonesia, dengan hutan tropis terbesar ketiga di dunia, memegang peran penting dalam agenda pengendalian iklim global melalui target FOLU (Forestry and Other Land Use) Net Sink 2030. Namun, deforestasi, degradasi lahan, polusi, hingga lemahnya tata kelola lingkungan masih menjadi tantangan besar.
Selain itu, Indonesia juga menghadapi Triple Planetary Crisis – krisis iklim, polusi, dan kehilangan keanekaragaman hayati – yang berdampak langsung terhadap kelompok rentan, termasuk petani, nelayan, perempuan, masyarakat adat, dan generasi muda. Situasi ini membuat suara kaum muda menjadi krusial, karena mereka adalah kelompok yang paling terdampak sekaligus memiliki potensi besar dalam mendorong inovasi solusi.
Laporan Environmental Outlook 2024 IHI menunjukkan tingginya kepedulian generasi muda terhadap isu lingkungan. Dari 28.763 responden di 34 provinsi, isu yang paling banyak disoroti adalah persoalan sampah (28%), pencemaran lingkungan (18,5%), partisipasi dan edukasi yang rendah (15,4%), perubahan iklim (13,5%), lemahnya kebijakan lingkungan (7,8%), deforestasi dan kehilangan biodiversitas (11,1%), serta meningkatnya bencana ekologis (5,8%).
Kegiatan ini tidak hanya menjadi ruang dialog dan edukasi, tetapi juga merupakan bagian dari komitmen kolektif untuk memastikan masa depan lingkungan hidup Indonesia dibangun dengan partisipasi penuh generasi muda. Melalui inisiatif ini, IAAS Indonesia LC Unram dan IHI turut mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya tujuan ke-13 tentang Penanganan Perubahan Iklim (Climate Action), dengan mendorong generasi muda sebagai motor penggerak perubahan menuju pembangunan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
