Unram dan Pemkab Sumbawa Inisiasi Pengembangan Rusa di Pulau Moyo

Mataram, Universitas Mataram – Universitas Mataram (Unram) bersama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumbawa menginisiasi kerja sama pengembangan rusa di Pulau Moyo. Inisiasi ini ditandai dengan kunjungan Rektor Unram, Prof. Ir. Bambang Hari Kusumo, M.Agr.St., Ph.D., beserta jajaran pimpinan Unram ke Pulau Moyo pada Kamis, 21 Agustus hingga Sabtu, 23 Agustus 2025.
Rektor Unram menjelaskan, langkah ini lahir dari keprihatinan terhadap berkurangnya populasi rusa di Pulau Moyo, padahal rusa merupakan simbol Nusa Tenggara Barat (NTB). “Dulu Pulau Moyo dikenal sebagai habitat berkembangnya rusa atau menjangan. Namun, dari tahun ke tahun jumlahnya menurun. Karena itu, bersama Pak Bupati kami berinisiatif membudidayakan kembali agar populasinya meningkat,” ujarnya.
Menurutnya, selain untuk pelestarian, pengembangan rusa juga dapat dikaitkan dengan sektor pariwisata dan ekonomi masyarakat. “Bayangkan, wisatawan bisa menikmati wisata alam sambil memberi makan rusa. Bahkan ke depan, jika regulasi memungkinkan, rusa bisa dibudidayakan untuk tujuan komersial seperti di New Zealand atau Australia, di mana daging rusa bernilai tinggi dan menjadi komoditas ekspor,” jelasnya.
Dalam kunjungan ini, tim Unram juga melakukan penjajakan konsep pengelolaan rusa, baik melalui budidaya terkontrol dengan pagar, inseminasi buatan untuk mempercepat perkembangbiakan, maupun pelepasliaran terbatas dengan sistem monitoring.
Selain fokus pada rusa, Rektor Unram juga menyoroti potensi madu Pulau Moyo yang khas dan bernilai ekonomis tinggi. Unram berencana melakukan riset dan branding madu lokal agar memiliki daya saing internasional. “Seperti halnya Madu Manuka di New Zealand yang harganya sangat mahal, Madu Moyo juga memiliki kandungan unik yang bermanfaat untuk kesehatan. Dengan branding dan pengemasan yang tepat, madu ini bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” terang Prof. Bambang.
Senada dengan itu, Bupati Sumbawa, Ir. H. Syarafuddin Jarot, M.P., menegaskan bahwa pemerintah daerah juga telah menyiapkan langkah awal. Ia menyebutkan, saat ini terdapat lebih dari 100 ekor rusa di penangkaran Pendopo Kabupaten, namun kondisinya sudah tidak memungkinkan lagi.
“Populasinya berkembang cukup bagus, tapi lokasi penangkaran di pendopo sudah overload. Karena itu, kami berencana melepasnya ke habitat alaminya di Pulau Moyo yang memang ekosistemnya sangat cocok,” jelasnya.
Bupati menambahkan, pengelolaan ini tidak hanya sebatas pelepasan, tetapi juga diarahkan menuju budidaya berkelanjutan dengan melibatkan masyarakat setempat. “Nantinya akan kita latih agar rusa-rusa ini lebih jinak, sehingga bisa menjadi daya tarik wisata. Wisatawan bisa memberi makan rusa di titik-titik tertentu yang akan kita tata bersama. Ini bukan hanya konservasi, tetapi juga peluang ekonomi baru bagi masyarakat,” terangnya.
Lebih jauh, Pemkab Sumbawa juga menyiapkan rencana pengembangan ekowisata terpadu di Pulau Moyo, termasuk penataan homestay, perbaikan akses jalan, hingga optimalisasi destinasi unggulan seperti Air Terjun Mata Jitu. “Selama ini wisatawan mancanegara datang, tetapi dampak ekonominya belum signifikan. Dengan penataan yang lebih baik, kita ingin masyarakat lokal ikut merasakan manfaatnya,” ujar Bupati.
Tak hanya rusa dan madu, kerja sama dengan Pemkab Sumbawa juga akan mengembangkan sektor peternakan sapi Bali, pakan hijauan bernutrisi tinggi, pengelolaan hutan tanaman sengon, hingga ekonomi biru seperti budidaya udang, lobster, dan rumput laut, serta kincir angin bertenaga surya.
Prof. Bambang menegaskan, semua program ini merupakan bentuk komitmen Unram untuk hadir di Pulau Sumbawa, bukan hanya di Pulau Lombok. “Prinsipnya, kerja sama ini berkesinambungan. Unram punya banyak tenaga ahli, profesor, dan doktor yang siap berkontribusi untuk pembangunan daerah. Kami ingin Unram memberikan dampak nyata bagi masyarakat, tidak hanya menjadi kampus yang mengajar, tetapi juga kampus yang membangun dan mengabdi,” pungkasnya.
