19th Islands of the World Conference: Unram Soroti Pengembangan Pariwisata Mandalika
Mataram, Universitas Mataram– Pada 19th Islands of the World Conference (IWC) yang diselenggarakan di Universitas Mataram (Unram), Unram menunjukkan komitmennya dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) melalui partisipasi aktif di sesi plenary IWC pada hari Rabu (26/6) di Bazaar Mandalika, Kuta.
Plenary tersebut disampaikan oleh Dr. Imam Bachtiar, M.Sc. dari Departemen Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unram. Ia memaparkan materi yang berfokus pada Tourism Development in Southern Lombok: Special Economic Zone of Mandalika.
Sesi plenary tersebut menyoroti berbagai aspek pengembangan pariwisata di kawasan Mandalika yang terletak di Lombok bagian selatan dan menggarisbawahi pentingnya pengembangan pariwisata di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika sebagai langkah konkret dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, termasuk penanganan perubahan iklim (Tujuan ke-13) dan pelestarian ekosistem laut (Tujuan ke-14).
Pada sesi plenary ini, Dr. Bachtiar menyampaikan bahwa Mandalika yang memiliki luas sekitar 1.036 hektar telah ditetapkan sebagai kawasan super prioritas untuk pengembangan pariwisata. Proyek ini diharapkan dapat menyediakan hingga 10.000 kamar kelas premium serta menciptakan sekitar 58.000 lapangan kerja dengan berbagai fasilitas yang direncanakan termasuk lapangan golf, pabrik desalinasi, dan pabrik pengolahan air limbah.
Mandalika menawarkan berbagai aktivitas wisata yang menarik seperti mendaki Gunung Rinjani, menyelam di Gili Trawangan dan Gili Petagan, snorkeling di Gili Meno, berselancar di Desert Point dan Gerupuk, serta mengamati burung di Kerandangan dan Gili Meno. Mandalika juga menjadi lokasi utama festival budaya Bau Nyale yang menarik 20.000 hingga 30.000 pengunjung setiap tahunnya.
Salah satu fokus utama dalam pengembangan pariwisata Mandalika adalah ekowisata. Namun, ada beberapa kekhawatiran lingkungan yang perlu diperhatikan seperti pembuangan air asin dari pabrik desalinasi, serta sedimentasi tinggi pada terumbu karang akibat pembangunan fasilitas pariwisata. Penurunan populasi nyale selama festival Bau Nyale juga menjadi perhatian, bersama dengan dampak pencahayaan pantai terhadap kronobiologi cacing nyale.
Pemantauan lingkungan secara teratur sangat penting untuk memastikan perlindungan aset ekologi dan ekonomi di KEK Mandalika. Ini mencakup pemantauan mikroplastik di sedimen, air laut, dan bulu babi, serta logam berat, bakteri coliform, dan nutrisi di air laut dan air tawar.
KEK Mandalika diharapkan menjadi pendorong utama pengembangan pariwisata di provinsi NTB. Pengembangan pariwisata yang berkelanjutan harus mencakup lebih banyak tempat wisata yang menawarkan peluang baru dibarengi upaya konservasi yang ketat. Dengan demikian, Mandalika dapat menjadi contoh nyata bagaimana pengembangan ekonomi, pelestarian budaya, dan konservasi lingkungan dapat berjalan beriringan demi mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Melalui partisipasi aktif dalam konferensi internasional dan inisiatif lokal seperti pengembangan KEK Mandalika, Unram tidak hanya berkontribusi dalam peningkatan ekonomi dan pariwisata di Lombok, tetapi juga menempatkan diri sebagai pemimpin dalam upaya pelestarian lingkungan dan kebudayaan lokal. Upaya ini mencakup berbagai program penelitian, pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara pembangunan dan konservasi.
Unram berkomitmen untuk terus berinovasi dan bekerja sama demi mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, memastikan bahwa setiap langkah yang diambil memberikan manfaat bagi generasi sekarang dan generasi yang akan datang.