Dari Lombok untuk Dunia: GHI 2025 Dorong Inovasi Kesehatan Tropis di NTB

Published On: 18 Oktober 2025By Tags: , , ,

Mataram, Universitas Mataram – Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Mataram (FKIK Unram) menggelar konferensi internasional Global Health and Innovation (GHI) 2025 pada tanggal 17 – 18 Oktober 2025 secara hybrid di Hotel Golden Palace, Mataram dan Zoom Meeting. Penyelenggaraan konferensi yang memasuki tahun keempat ini mengusung tema “Strengthening Health Resilience in Tropical and Island Regions: Bridging Global Health and Local Contexts”.

Konferensi ini digelar sebagai wadah kolaborasi global untuk memperkuat ketahanan sistem kesehatan di wilayah tropis dan kepulauan yang menghadapi berbagai tantangan, seperti perubahan iklim, keterbatasan infrastruktur kesehatan, dan keterisolasian geografis. Melalui kegiatan ini, para peneliti, praktisi, pembuat kebijakan, serta masyarakat diharapkan dapat berbagi gagasan dan solusi inovatif berbasis konteks lokal yang relevan dengan kebutuhan masyarakat pesisir dan kepulauan.

GHI 2025 akan membahas berbagai isu strategis, mulai dari penyakit menular dan tidak menular, dampak perubahan iklim terhadap kesehatan, kesiapsiagaan bencana, hingga keamanan kesehatan global seperti resistensi antimikroba dan kolaborasi lintas negara melalui pendekatan One Health.

Ketua Panitia GHI 2025, dr. Muthia Cenderadewi, MPHTM., Ph.D. menyampaikan bahwa sejak pertama kali diselenggarakan, seluruh edisi GHI selalu digelar di Pulau Lombok. Menurutnya, hal ini bukan kebetulan, melainkan karena Lombok dan Indonesia memiliki posisi strategis sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang menghadirkan realitas kesehatan khas wilayah tropis dan kepulauan.

“Lombok mencerminkan paradoks kesehatan kepulauan — kesenjangan akses layanan kesehatan, beban ganda penyakit menular dan tidak menular, serta kerentanan terhadap perubahan iklim dan bencana alam,” ujarnya.

“Namun pada saat yang sama, Lombok juga merupakan laboratorium hidup ketangguhan, tempat masyarakat berinovasi, beradaptasi, dan bertahan dengan cara yang layak diakui secara global,” tambahnya.

Konferensi ini diikuti oleh pakar dan peserta dari Indonesia, Australia, Jepang, Belanda, dan Nepal, dengan lebih dari 140 abstrak yang dipresentasikan dari berbagai negara. Partisipasi lintas wilayah ini menunjukkan peran GHI sebagai wadah akademik yang mempertemukan beragam perspektif global dan lokal untuk memperkuat ketahanan kesehatan masyarakat.

Sejalan dengan pernyataan tersebut, Dekan FKIK Unram, Dr. dr. Arfi Syamsun, M.Si.Med., Sp.KF., menekankan bahwa GHI 2025 bukan hanya ajang akademik, tetapi juga cerminan komitmen institusi untuk memperkuat sistem kesehatan di kawasan timur Indonesia.

“Tahun 2025 membawa tantangan besar, namun juga tanggung jawab untuk menciptakan dampak yang bermakna dan berkelanjutan. Bagi kami di FKIK Unram, konferensi ini mewakili misi institusi kami dalam menyediakan pendidikan ilmu kesehatan yang inklusif dan mudah diakses, terutama bagi masyarakat di Indonesia bagian timur,” ujarnya.

“Kami berkomitmen menyiapkan tenaga profesional yang mampu merespons tantangan kesehatan unik di wilayah ini mulai dari penyakit menular seperti TBC, kusta, dan malaria, hingga kesehatan ibu dan penyakit menular maupun tidak menular lainnya,” lanjutnya.

Melalui GHI 2025, FKIK Unram berupaya menjembatani riset dan praktik dengan menerjemahkan pengetahuan menjadi aksi nyata.

“Kami ingin GHI 2025 tidak hanya mendorong kemajuan akademik, tetapi juga memperkuat sistem kesehatan, memberi masukan pada kebijakan, dan mendorong kolaborasi lintas sektor yang dapat meningkatkan ketahanan kesehatan masyarakat di Nusa Tenggara Barat (NTB), Indonesia, dan wilayah tropis lainnya,” tambahnya.

Dalam kesempatan ini, Gubernur Provinsi NTB, Dr. H. Lalu Muhamad Iqbal, S.IP., M.Si. juga turut hadir dan menyampaikan apresiasi atas penyelenggaraan GHI 2025 di Lombok yang dinilai mampu memberikan dorongan besar bagi riset dan inovasi kesehatan di daerah.

“Konferensi ini memberikan semangat untuk terus melakukan inovasi dan pengembangan riset di bidang kesehatan. Saya bangga karena kegiatan berskala internasional ini bisa terselenggara di NTB,” ujar Gubernur.

“Kami memiliki rekam jejak riset dan pengembangan di bidang inovasi kesehatan, termasuk rencana pembangunan rumah sakit khusus dan pusat penelitian tropical diseases di NTB. Gagasan ini sudah disambut baik oleh pemerintah pusat, dan kami akan terus berupaya mewujudkannya sebagai pusat rujukan utama bagi penelitian dan pelayanan penyakit tropis,” tambahnya.

Menurutnya, isu penyakit tropis kini menjadi perhatian dunia dan menuntut kolaborasi lintas sektor.

“NTB punya potensi besar sebagai tempat pembelajaran dan penelitian karena merupakan salah satu wilayah tropis terbesar. Harapannya, melalui forum seperti GHI 2025, riset dan inovasi di bidang kesehatan tropis dapat terus tumbuh dan memberi kontribusi nyata bagi Indonesia dan dunia,” tutup Iqbal.