Dhimas Alhady: Dedikasi untuk Mengatasi Pernikahan Usia Dini Melalui Proyek Kemanusiaan
Mataram, Universitas Mataram – Dhimas Alhady Kurniawan Soewondo, mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional Universitas Mataram (Unram), telah menunjukkan komitmen luar biasa dalam proyek kemanusiaan yang berfokus pada penanggulangan pernikahan usia dini di desa-desa dengan budaya adat yang kental. Melalui partisipasinya dalam program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM), Dhimas dan timnya berupaya mengedukasi masyarakat mengenai dampak negatif dari pernikahan usia dini, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan dan kesehatan.
Dhimas menjelaskan bahwa motivasinya mengikuti proyek ini adalah bentuk keresahan dan kepedulian terhadap fenomena pernikahan usia anak. “Kami ingin memberikan pengetahuan mengenai dampak dari pernikahan usia dini, baik dari segi kesehatan, pendidikan, maupun finansial,” ujar Dhimas.
Sebagai bagian dari tim, Dhimas bertanggung jawab sebagai media kreatif, merancang berbagai kegiatan untuk menarik perhatian anak-anak dan masyarakat. Salah satu kegiatan kreatif yang diusung adalah pelatihan daur ulang sampah gelas plastik, di mana anak-anak diajak untuk membuat kerajinan tangan dari bahan tersebut. Selain memberikan pelatihan, tim juga menyosialisasikan bahaya pernikahan usia dini.
Tantangan terbesar yang dihadapi Dhimas dan tim adalah membagi waktu antara proyek dan kewajiban akademik, terutama karena mereka sedang menempuh semester akhir dengan fokus pada skripsi.
“Jarak yang jauh dari tempat tinggal kami juga menjadi tantangan tersendiri. Kami harus mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang agar sesuai dengan timeline yang telah ditetapkan,” katanya.
Salah satu pengalaman paling berkesan bagi Dhimas adalah saat mereka memungut dan memilah sampah gelas plastik dari tempat sampah dan sekitar desa. “Kami harus bekerja keras, bahkan sampai begadang untuk membersihkan gelas-gelas tersebut. Namun, keramahan dan sambutan hangat dari masyarakat desa membuat semua usaha kami terasa sangat berarti,” kenangnya.
Dhimas juga mencatat perubahan signifikan dalam pandangannya terhadap isu kemanusiaan setelah terlibat langsung dalam proyek ini. “Melibatkan diri langsung di lapangan memberikan pemahaman yang jauh lebih mendalam dibandingkan hanya mempelajari isu tersebut dari kelas. Isu kemanusiaan ternyata sangat dekat dengan masyarakat, dan mahasiswa memiliki peran penting dalam mencari solusi dan membangun inovasi,” ungkapnya.
Untuk mahasiswa Unram lainnya, Dhimas menyarankan agar mereka mengikuti program MBKM. “Program ini sangat bermanfaat untuk pengembangan karakter dan pemahaman kondisi sosial. Selain itu, ini juga dapat memberikan konversi 20 sks yang dapat membantu menaikkan IPK. Namun, yang lebih penting adalah pengalaman dan pemahaman yang didapat yang akan sangat berguna dalam karir ke depan,” tutup Dhimas.
Dengan dedikasi dan upaya yang telah dilakukan, Dhimas dan timnya memberikan contoh nyata bagaimana keterlibatan langsung dalam kegiatan kemanusiaan dapat membawa perubahan positif bagi masyarakat dan memberikan pengalaman berharga bagi para mahasiswa.