Dosen Fakultas Pertanian Unram Tawarkan Skenario untuk Kendalikan Penyebaran Covid-19 di NTB

Mataram,Universitas Mataram – Dosen Fakultas Pertanian Unram Dr. Hairil Anwar, S.Hut., MP menawarkan skenario pengendalian penyebaran Covid-19 di NTB dengan pendekatan penelitian model SEIR (Susceptibles, Exposed, Infected, Recovered), Jumat (8/5) lalu.

Hairil mengatakan SEIR merupakan suatu pendekatan sistem dinamik dan suatu model matematika untuk melihat bagaimana tingkat penyebaran penyakit menular.

“Model SEIR membagi kelompok populasi menjadi 4 bagian yaitu populasi rentan/Susceptible (S) terkena Covid-19, populasi tertular tapi belum menunjukkan gejala/Exposed (E), populasi terinfeksi/Infected (I) Covid-19 dan populasi sembuh/Recovered (R),” jelasnya.

“Model SEIR dipakai dengan asumsi bahwa penyakit menular tersebut dalam hal ini Covid-19 mempunyai masa inkubasi selama 14 – 28 hari” sambungnya.

Lebih jauh dia menerangkan bahwa kelebihan pendekatan model SEIR ini adalah dapat mengelompokkan dan mengetahui populasi yang sudah tertular tapi belum menunjukkan gejala, dengan melihat pada jumlah populasi Exposed (E).

“Lebih tepatnya dapat memprediksi/memproyeksi populasi yang tadinya sehat kemudian menjadi tertular tetapi tidak menunjukkan gelaja. Karakter Covid-19 ini pada model itu biasanya ada di populasi OTG (Orang Tanpa Gejala, red.),” terangnya.

Dosen Jurusan Kehutanan itu dihadapan Gubernur  NTB Dr. H. Zulkieflimansyah, SE., M.Sc dan Wakil Gubernur Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah, M.Pd pada  Rabu (6/5) lalu juga menjelaskan bahwa di NTB diperlukan  skenario kebijakan yang ketat atau moderat sehingga bisa memutus lebih cepat rantai penyebaran penyebaran Covid-19 ditengah masyarakat.

“Efektivitas kebijakan tersebut, sangat tergantung dari komitmen masyarakat dan pemerintah dalam mengendalikan penyebaran Covid-19. Mengingat masyarakat merupakan garda terdepan dalam upaya pengendalian penyebaran Covid-19,” tegasnya.

Hairil mensimulasikan tiga skenario  pengendalian yang mungkin diterapkan di NTB. Yakni, pertama : Skenario Longgar dengan efektivitas implementasi intervensi 25 %. Kedua,  Skenario moderat dengan efektivitas implementasi intervensi 50 %.  Dan ketiga adalah skenario ketat/wajib dengan efektivitas implementasi intervensi >75 %.

Dia memprediksi, jika Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB hanya menerapkan skenario pertama (longgar) seperti saat ini, maka diperkirakan 2.000 an warga NTB bisa terinfeksi pada hari ke 145. Namun jika menggunakan skenario moderat, akan terjadi perubahan yang sangat signifikan, dengan kisaran 560 warga yang akan terinfeksi di hari ke- 145 urainya

“Faktor preventif ini yang kita dorong, ketimbang kuratif dan detektif. Bagaimana mengendalikan OTG (Orang Tanpa Gejala, red) dan PPTG (Pelaku Pejalanan Tanpa Gejala, red.), Bagaimana mengedukasi masyarakat, sosialisasi besar-besaran. Kita akan mengatur rekayasa sosial masyarakat,” tutupnya.

Berkat gagasan tersebut, Gubernur NTB Dr.H Zulkieflimansyah memberikan apresiasi kepadanya serta para peneliti lain yang telah berpartisipasi dengan membantu Pemprov NTB dalam menangani penyebaran pendemi Covid-19 di daerah.

“Teman-teman sudah punya pengalaman. Simulasi ini menarik, karena mencoba mengubah cara pandang kita menangani Covid-19. Sistem dinamik ini hanya tools, alat untuk merubah pikiran sehingga kebijakan yang kita ambil tepat. ” tutur Gubernur yang akrab disapa Dr. Zul atau Bang Zul itu.Selain itu, kedepan Gubernur mengharapkan simulasi yang dipaparkan bisa lebih komprehensif dan variarif. Misalnya simulasi bagaimana jika semua pasar di NTB berbasis online.

Impact nya seperti apa. Jika akses jalan di batasi seperti apa. Jika ada pendekatan yang bisa mengorek secara keseluruhan, tentu sangat baik sekali” harapnya.