Fakultas Teknik Unram Gelar Seminar Ketahanan Energi
Fakultas Teknik Universitas Mataram menggelar seminar nasional dengan tema Implementasi Kebijakan Energi Nasional Untuk Mendukung Ketahanan Pangan Nasionaldi Auditorium Universitas Mataram, Jumat (4/05/2018).Hadir sebagai keynote speakerpada seminar tersebut adalah mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia (ESDM RI) Prof. Ir. Purnomo Yusgiantoro MSc., MA., Ph.D. Sekjen Dewan Energi Nasional Dr. Ir. Saleh Abdurrahman, M.Sc. dan Ketua Dewan Pakar Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) Dr.Herman Darnel Ibrahim, M.Sc juga turut hadir dan menjadi pembicara pada seminar tersebut.
Prof. Purnomo menjelaskan,acuan konsep ketahanan energi adalah keamanan energi yang secara global ketersediaanya harus dijamin.Menurutnya, dibutuhkan konsep 4A untuk mewujudkan keamanan energi, yaitu Availability atau kemampuan untuk memberikan jaminan pasokan energi, Accessibilityatau kemampuan untuk mendapatkan akses terhadap energi, Affordabilityatau kemampuan untuk menjangkau harga energi, dan Acceptability atau kemampuan untuk bersedia menerima energi tertentu.
“Konsep ketahanan energi adalah energy security atau keamanan energi. Jika keamanan energi ini bisa diwujudkan maka nantinya dapat melakukan pemanfaatan yang berkelanjutan,” ungkapnya.
Pentingnya keberlanjutan penyediaan energi, termasuk energi terbarukan, di Indonesia juga diamini olah Dr. Herman Darnel Ibrahim, M.Sc. Ia mengatakan pentingnya energi terbarukan selain mengurangi pembakaran juga mengurangi impor energi dari luar, maka diperlukan energi terbarukan guna menyongkong kebutuhan energi di Indonesia .
Sementara itu Prof. Saleh Abdurrahman, M.Scmengungkapkan bahwa untuk meningkatkan optimisme terhadap energi,Indonesia harus mampu mewujudkan Visi Indonesia Emas2045.Prof. Saleh mengakui bahwa banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045. Tantangan yang dia maksud antara lain menurunnya ketahanan energi, meningkatnya isu pemanasan global, penurunan produksi dan gejolak harga migas, pemanfaatan energi yang belum efisien, ketergantungan terhadap impor BBM dan LPG, akses dan infrastruktur energi yang terbatas, pemanfaatan EBT masih rendah, dan harga EBT yang belum kompetitif. (Humas Unram).