Keluarga Besar Unram Gelar Halal Bi Halal Secara Daring

Mataram, Universitas Mataram – Keluarga besar Universitas Mataram (Unram) terdiri dari Rektor, Ketua Senat, anggota senat, para Wakil Rektor, para kepala Biro, Dekan/Wakil Dekan, para kepala lembaga, pejabat struktural, serta dosen dan mahasiswa, melaksanakan acara Halal Bi Halal secara Daring (online) melalui aplikasi Zoom, Selasa (26/5) pagi.

Rektor Unram Prof. Dr. Lalu Husni, SH., M.Hum dalam sambutannya mengatakan, Idul Fitri pada hakikatnya adalah kembali kepada kesucian setelah berjihad (berperang) melawan hawa nafsu hingga mendapatkan ampunan Allah. Adapun dosa-dosa kepada sesama manusia ujarnya, bisa diampuni-Nya dengan saling memaafkan (Halal Bi Halal).

“Maka pada kesempatan yang baik ini, saya atas nama pribadi dan atas nama keluarga besar Unram memohon maaf jika ada salah dan khilaf selama kita berinteraksi,” lanjutnya.

Dia mengatakan puasa Ramadhan yang telah dijalankan ditengah pandemi Covid-19 yang berimplikasi pada hampir seluruh bidang kehidupan itu menunjukkan kelemahan manusia, sekaligus menjadi motivasi untuk para insan akademis untuk menemukan teknologi yang bisa mengatasinya.

“Pada momen yang berbahagia ini, melalui internalisasi nilai-nilai hikmah puasa Ramadhan, semoga kita bisa semakin sabar, disiplin, bekerja keras, kreatif dan inovatif untuk memberikan yang terbaik pada lembaga,” tukasnya.

Ketua Senat Unram Prof. Ir. Mansur Ma’shum, Ph.D selaku pemateri dalam acara yang berlangsung khidmat tersebut menguraikan beberapa hikmah Idul Fitri. Dia menyampaikan bahwa tujuan dari diperintahkannya ibadah puasa adalah untuk membuat umat islam mencapai derajat takwa.

“Takwa adalah kita menyadari Allah berada dimana saja dan menjaga hubungan yang intens dengan Allah agar kita tidak ternista (tidak berbuat dosa, red.),” paparnya.

Ketakwaan menurutnya diraih dengan taubat kepada Allah sebagaimana salah satu maqam (tempat/kedudukan hamba) dari tiga maqam dalam ilmu Tasawuf yakni maqam Tahalli yang terdiri dari beberapa sikap seorang hamba yakni taubat, wara’ (bersikap hati-hati) dan zuhud (merasa cukup dan rendah hati).

“Semoga kita, setidaknya ada dimaqam terendah ini (taubat) yang buah akibat ketawaan itu Allah jelaskan dalam Al-Qur’an Surat An-Naba ayat 31 hingga ayat ke-36,” jelasnya.

Hikmah Idul Fitri selanjutnya menurut mantan Rektor Unram ke-7 itu adalah perintah berpuasa Ramadhan merupakan proses penyamaan frekuensi antara hamba dengan Penciptanya melalui fitur-fitur amal Ramadhan seperti tarawih, tilawah Qur’an, sedekah, shalat malam dan lain-lain.

“Bahkan berburu Lailatul Qadar di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan dengan penuh harap (untuk mendapatkannya, red.) dan takut (akan melewatkannya, red.), bahkan para ulama kita terdahulu menjadikannya sebagai momen kontemplasi diri,” tegasnya.

Guru Besar Ilmu Pertanian Unram itu mengajak agar umat islam benar-benar menjaga ketakwaan mereka pasca Ramadhan, mempertahankan hingga bulan-bulan berikutnya dan tidak menyia-nyiakannya.

“Buah dari bulan Ramadhan yang ranum dan lezat semoga bisa kita pertahankan dan bahkan kita tingkatkan, bulan Syawal saat ini pun hakikatnya adalah bulan peningkatan,” tekannya.

Terakhir, hikmah Idul Fitri menurutnya adalah bagaimana membentuk sinergi spiritual dan intelektual antar sesama, khususnya antar civitas akademika Unram dengan saling memaafkan demi kebaikan bangsa, terlebih-lebih kebaikan sebagai umat manusia.