Kongres AFEBI XIII di Lombok Dorong Transformasi Pariwisata yang Berdampak dan Berkelanjutan

Mataram, Universitas Mataram — Ruang kolaborasi nasional, Kongres AFEBI XIII sukses digelar di Lombok pada 26–28 November 2025. Mengusung tema “Kampus Berdampak untuk Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan,” forum ini menegaskan urgensi sinergi berbasis riset, inovasi, dan rekomendasi ilmiah dalam memperkuat pembangunan pariwisata daerah dan nasional.

Acara yang diselenggarakan di Aruna Senggigi Resort & Conventions ini dihadiri oleh perwakilan Fakultas Ekonomi dan Bisnis dari seluruh Indonesia yang tergabung dalam Asosiasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Indonesia (AFEBI).

Rektor Unram, Prof. Ir. Bambang Hari Kusumo, M.Agr.St., Ph.D., dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas kepercayaan menjadikan Lombok sebagai tuan rumah penyelenggaraan. “AFEBI memiliki peran strategis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan pariwisata. Kami merasa terhormat menjadi tuan rumah kongres ini, dan berharap kehadiran seluruh peserta memberikan sumbangsih nyata bagi pembangunan daerah dan nasional,” ujarnya.

Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia, Prof. Brian Yuliarto, S.T., M.Eng., Ph.D. dalam keynote speechnya menegaskan bahwa tema Kongres AFEBI XIII sangat strategis dan selaras dengan agenda transformasi pendidikan tinggi serta pembangunan daerah. “Ini era kolaborasi. Dampak yang kita hasilkan akan jauh lebih besar ketika perguruan tinggi, pemerintah, dan industri bergerak bersama. Inilah kunci agar kita mampu bersaing dengan negara lain,” ujarnya.

Prof. Brian menyampaikan bahwa transformasi pariwisata harus terus diarahkan pada prinsip keberlanjutan dan kebermanfaatan luas. Ia menekankan perlunya keberanian untuk mempercepat penguatan ekosistem akademik dan industri. “Kita harus percaya diri dan mendorong kolaborasi lintas kampus serta seluruh pemangku kepentingan. Ekonomi ini harus menjadi katalis untuk membawa Indonesia menuju negara maju melalui pelayanan pariwisata yang paripurna,” jelasnya.

Menurutnya, NTB memiliki posisi strategis sebagai simpul pengembangan pariwisata berkelanjutan, sementara fakultas ekonomi dan bisnis memainkan peran vital sebagai penghubung antara data, kebijakan, dan inovasi. “FEB memegang peran kunci, mulai dari penguasaan data dan evidence-based decision making, kemampuan merancang model bisnis, hingga keunggulan analitis dan ekonomi. Dengan jejaring industri dan kekuatan analisis, FEB mampu mempercepat kemandirian finansial dan memberi dampak nyata bagi pemerintah daerah, dan nasional” ungkapnya.

Ia juga menekankan pentingnya FEB sebagai impact engine, revenue engine, collaboration engine, dan innovation center sebagai penggerak kolaborasi antara kampus, UMKM, industri, dan pemerintah daerah. Pendekatan ini diyakini dapat menghasilkan revenue stream baru.

Menutup pemaparannya, Prof. Brian mendorong perguruan tinggi untuk terus memperluas kemitraan dan menciptakan terobosan inovatif. Ia menyebut bahwa kebangkitan ekonomi Indonesia akan ditopang oleh inovasi yang mampu memulihkan dan membangkitkan kembali industri strategis. “Pariwisata kita harus menjadi nomor satu di Asia. Kami siap mendukung pendanaan riset, terus dorong mahasiswa kita agar menjadi mahasiswa yang top achievers,” pungkasnya.

Sesi keynote speech turut menghadirkan Dr. H. Lalu Muhamad Iqbal, S.IP., M.Si. Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), menyampaikan bahwa sejak awal kepemimpinannya, pemerintah daerah berusaha menjalin kemitraan erat dengan akademisi dalam merumuskan kebijakan berbasis riset. “Akademisi mampu menghasilkan rekomendasi yang tajam dan visioner sehingga kami dapat melakukan quantum leap dalam pembangunan,” tegasnya.

Gubernur juga menyoroti tantangan yang dihadapi NTB, ditengah sektor pariwisata yang terus bersinar, namun provinsi NTB masih termasuk dalam 12 provinsi termiskin di Indonesia. “Kami ingin makmur dan mendunia, dan pastikan tidak ada yang tertinggal dalam kemajuan ini,” tambahnya.

Ia kemudian memaparkan berbagai langkah strategis, seperti integrasi pariwisata lintas wilayah NTB–Bali–NTT, standarisasi layanan, penguatan konektivitas melalui pembukaan jalur laut Sanur–Mandalika dan Sanur–Senggigi, hingga pemanfaatan energi surya melalui panel surya. Menurutnya, pembangunan pariwisata harus selaras dengan green economy dan blue economy. “Ini bukan lagi zaman kompetisi, tetapi era kolaborasi. Terima kasih telah memilih NTB sebagai tuan rumah Kongres AFEBI XIII,” tutup Gubernur.

Kongres AFEBI XIII di Lombok menegaskan komitmen bersama untuk memperkuat kontribusi perguruan tinggi dalam pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dan inklusif. Sinergi antara akademisi, pemerintah, dan industri diharapkan terus berlanjut, melahirkan rekomendasi berbasis riset, inovasi kebijakan, dan kolaborasi strategis yang mampu mendorong transformasi sektor pariwisata Indonesia.