PT. Pertamina & LPPM Unram Perkuat Kerja Sama dalam Bidang Budidaya Makroalga Non-Food

Published On: 19 Juni 2023By Tags: , , , ,

Mataram, Universitas Mataram – Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Mataram (LPPM Unram) menggelar kegiatan penandatanganan kontrak penelitian dengan PT. Pertamina dalam Budidaya Makroalga Non-Food di Perairan NTB untuk produksi bioenergi (biogas dan bioethanol). Bertempat di ruang sidang utama pada Jum’at (16/6) kegiatan tersebut dihadiri langsung oleh Ketua LPPM Unram, Dr. Ir. Sukartono, M.Agr., didampingi oleh Dr. Nunik Cokrowati, S.Pi., M.Si. selaku Ketua Penelitian serta pihak PT. Pertamina.

Dalam sambutannya Ketua LPPM Unram, Dr. Ir. Sukartono, M.Agr. menyampaikan Indonesia sebagai negara kepulauan yang kaya akan biodiservitas memiliki bahan baku bioenergi yang melimpah, di mana salah satu sumber bioenergy bisa berasal dari makroalga/rumput laut.

“Makroalga/rumput laut bisa dimanfaatkan menjadi biogas/bietanol dikarenakan memiliki kadar lignin yang rendah dan kaya akan karbohidrat, sehingga bioenergi dari pemanfaatan makroalga/rumput laut dapat menjadi salah satu alternatif dalam rangka memperkuat sinergi riset di bidang perairan yang diharapkan dapat memberikan kontribusi besar dalam Budidaya Makroalga Non-Food di perairan NTB sebagai lumbung produksi bioenergi baik yak biogas dan bioethanol sebagai upaya pengembangan energi terbarukan,” ucap Ketua LPPM Unram.

Sementara itu, Dr. Nunik Cokrowati, S.Pi., M.Si. selaku dosen program studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan Universitas Mataram yang juga merupakan Ketua Tim Penelitian memaparkan bahwa NTB memiliki potensi rumput laut yang luar biasa dari sisi jenis dan jumlahnya.

“Rumput laut luar biasa yang dimiliki NTB yakni Sargassum sp. yang tergolong sebagai rumput laut coklat dan dimanfaatkan sebagai sumber biogas dan bioethanol sehingga perlu dilakukan upaya budidaya Sargassum sp,” ujarnya.

Lebih lanjut Dr. Nunuk menjelaskan Sargassum sp. merupakan rumput laut/makroalga coklat (Phaephyceae) yang dapat dimakan dan hidup pada daerah subtidal dan intertidal. Kandungan kimia yang terdapat pada Sargassum sp. berbeda-beda pada tiap spesiesnya.

Namun, permasalahan yang ada di Indonesia terkait potensi ini adalah tersedianya Sargassum di perairan laut Indonesia secara alami tapi belum dilakukan budidaya untuk menjaga keberlangsungan bahan baku untuk produksi biogas.

“Saat ini mayoritas penduduk lokal pesisir menganggap bahwa Sargassum tidak memiliki potensi ekonomi,” lanjutnya.

Sargassum sp. ini masih dianggap sampah lautan karena masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang manfaat rumput laut tersebut sehingga pemanfaatannya tergolong minim. Mengingat masih rendahnya upaya budidaya rumput laut kedua jenis tersebut, serta besarnya potensi pengembangan ke depan mengingat kepulauan Indonesia sangat luas dengan 70% berupa lautan, serta negara kepulauan yang memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia, juga lokasi Indonesia yang berada di tengah karang dunia (coral triangle), perlu dilakukan upaya terkait produksi biomassa dari genus Sargassum di pesisir Indonesia.

Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah melakukan studi potensi Sargassum, assessment kriteria kesesuaian lahan budidaya Sargassum, melakukan budidaya Sargassum di perairan NTB untuk bahan baku Biogas & Bioethanol serta melakukan peningkatan capacity building pembudidaya rumput laut di Nusa Tenggara Barat.