Seminar Nasional LPPM Unram Fokus pada Generasi Tangguh Hadapi Perubahan Iklim
Mataram, Universitas Mataram – Unit Pengelola Kuliah kerja Nyata (KKN) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Mataram (LPPM Unram) menggelar Seminar Nasional Gelar Wicara Universitas Mataram yang dilaksanakan secara hybrid melalui platform Zoom Meeting dan di Ruang Sidang Utama LPPM Unram pada Kamis, 24 Agustus 2023. Semnas ini merupakan kegiatan rutin yang diadakan dua kali setahun, yaitu pasca KKN Periode Juni-Agustus dan Periode Desember-Februari.
Kegiatan Seminar Nasional Gelar Wicara Unram ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan Pasca Kuliah Kerja Nyata Pemberdayaan Masyarakat Desa (KKN-PMD) sesuai dengan tema kegiatan yang diangkat yakni “Membangun Generasi Emas dan Tangguh Terhadap Perubahan Iklim”.
Pelaksanaan seminar ini dihadiri oleh Ketua LPPM Unram Prof. Dr. Ir. Sukartono, M.Agr.; Koordinator KKN dan Kerja Sama Dr. Ir. Misbahuddin, ST., MT.; Sekretaris KKN Dr. Ni Wayan Sri Suliartini, SP., MP.; serta Tim Pengelola KKN LPPM Unram.
Mengawali pembukaan acara Seminar Nasional Gelar Wicara Unram Tahun 2023 ini dalam sambutannya Dr. Ir. Misbahuddin, ST., MT. selaku Koordinator KKN dan Kerja Sama menyampaikan bahwa salah satu yang menjadi impian kita bersama adalah terwujudnya generasi Indonesia Emas Tahun 2045. Akan tetapi disisi lain, banyak sekali permasalahan-permasalahan mendasar yang masih belum bisa dituntaskan, salah satunya yakni penanganan stunting, di mana NTB memikili prevalensi yang cukup tinggi. Hal ini tentu menjadi perhatian Unram untuk mengambil peran dalam upaya pencegahan dan penanganan stunting khususnya di NTB.
Lebih lanjut, Dosen Fakultas Teknik Unram ini memaparkan selain permasalahan dari sisi kesehatan, NTB juga termasuk salah satu daerah yang masuk ke dalam kawasan cincin api (Ring of Fire). Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu daerah yang rawan terjadi bencana alam. Oleh karena itu, yang harus menjadi poin penting untuk diperhatikan yaitu sistem kebencanaan yang baik. Beliau menegaskan bahwa kebencanaan menjadi salah satu poin, yang harus betul-betul kita perhatikan, sistem kebencanaan yang baik, menjadi suatu keharusan bagi kita. Betapa pentingnya kita memiliki mitigasi bencana yang baik. Mitigasi menjadi salah satu tema KKN-PMD Universitas Mataram yaknis DESTANA (Desa Tangguh Bencana) yang merupakan salah satu program KKN-PMD lantaran perannya sangat penting, mengingat Provinsi NTB termasuk dalam salah satu kawasan Ring of Fire atau Cincin Api Pasifik.
Sambutan Koordinator KKN dan Kerja Sama diakhiri dengan membuka secara resmi kegiatan semnas, yang dilanjutkan dengan Pemaparan Materi oleh 3 (tiga) orang narasumber yakni. 1. Haryo Pambudi, S.Hut.,M.Sc. Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) dan Kebakaran Hutan dan Lahan Wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, 2. Sulistiyono selaku Wakil Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana NTB, 3. Ansariadi, S.KM., M.Sc., PH., Ph.D. dari Direktorat Kemitraan Universitas Hasanuddin dan 4. Prof. Dr. Ir. Sukartono, M.Agr Ketua LPPM Unram. Sesi pleno ini dimoderatori oleh Dr. Ni Wayan Sri Suliartini, SP., MP. selaku Sekretaris Pusat Layanan KKN LPPM Unram.
Pemaparan Materi Pertama oleh Haryo Pambudi, S.Hut., M.Sc. Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) dan Kebakaran Hutan dan Lahan Wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara terkait dengan Kehutanan dan Perubahan Iklim. Dalam pemaparanya beliau menyatakan, “kepedulian generasi baru terhadap isu iklim adalah sebuah kabar baik. Mengingat dampak krisis iklim acap kali di luar perkiraan masyarakat luas. Namun dengan segenap potensi mereka di bidang sains dan teknologi, Generasi Milenal kiranya bisa menjaga dan melestarikan masa depan planet Bumi dengan optimistis. Sesuai perjalanan waktu, saat tahun emas Indonesia 2045, berarti negeri ini sudah dipimpin Generasi Milenial (termasuk Gen Z). Mereka yang hari ini masih berusia berkisar 20 sampai 30 tahun, kelak akan menjadi penentu kebijakan pada tahun 2045. Isu krusial bagi Generasi 2045 adalah perubahan iklim, yang gejalanya sudah terlihat hari ini berupa pemanasan global, cuaca ekstrem, dan bencana hidrometeorologi”.
Beliau mengharapkan peran kolaborasi KKN PMD UNRAM dalam mengentaskan isu-isu pengendalian perubahan iklim. Jika semua mahasiswa KKN melaksanakan minimal penghijauan di setiap lokasi KKN tiap periode, niscaya ini dapat menekan peningkatan suhu 2oC menjadi 1.5oC bukanlah hal yang mustahil.
Selanjutnya, pemaparan materi kedua oleh Sulistiyono selaku Wakil Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana NTB dengan judul Pengembangan Desa Tangguh Bencana. “Desa tangguh bencana (destana) merupakan desa yang memiliki kemampuan untuk mengenali ancaman di wilayahnya dan mampu mengorganisir sumber daya masyarakat untuk mengurangi kerentanan dan sekaligus meningkatkan kapasitas demi mengurangi risiko bencana,” ucapnya.
Sulistiyono lebih lanjut memaparkan tentang pengertian bencana, jenis-jenis dan karakteristik bencana, berikut juga tatacara mitigasi dan penanggulangannya dideskripsikan dengan lugas oleh Sulistiono. “Ancaman bencana alam adalah peristiwa alam yang telah terjadi berulang mulai dari jutaan bahkan milyar tahun yang lalu, bersifat siklikal dan ancaman bencana tidak akan menjadi bencana kalau kita mampu mengurangi risikonya,” jelasnya.
Kemudian dijelaskan bahwa bencana merupakan urusan bersama, tidak hanya Pemerintah melainkan masyarakat juga, oleh sebab itu diperlukannya peranan lingkungan akademisi Unram dalam hal menguatkan Kesadaran dan Kemampuan akan Risiko dan Penanggulangan Bencana di Tingkat Desa yaitu DESTANA.
Pemateri berikutnya yakni Bapak Ansariadi, SKM., M.Sc.,PH., Ph.D., selaku Direktorat Kemitraan Universitas Hasanudin. Menurut beliau, “salah satu faktor yang menentukan kualitas tumbuh kembang anak adalah kesehatan saluran cerna anak pada usia dini. Saluran cerna merupakan organ yang berfungsi dalam proses absorpsi zat-zat nutrisi sebagai bahan dasar utama tumbuh kembang anak. Gangguan penyerapan zat-zat nutrisi pada anak akibat kesehatan saluran cerna yang buruk dapat memicu terjadinya kondisi kurang gizi atau disebut dengan stunting. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis yang ditandai dengan anak terlalu pendek untuk seusianya”.
Beberapa faktor resiko yang berhubungan terjadinya stunting antara lain faktor ibu, anak dan lingkungan. Faktor dari ibu seperti usia ibu saat hamil 35 tahun, lingkar lengan atas ibu saat hamil >23,5 cm, kehamilan remaja dan tinggi ibu yang kurang meningkatkan kejadian stunting. Hal ini akan berlanjut terkait dengan pemberian air susu ibu (ASI) dan saat pemberian makanan pendamping ASI (MPASI). Tidak dilaksanakannya pemberian ASI eksklusif dan pemberian MPASI yang terlalu dini sebelum usia 6 bulan serta kualitas makanan yang dengan gizi kurang dapat meningkatkan kejadian stunting pada anak. Selanjutnya dari faktor anak yang meningkatkan resiko stunting adalah pada anak dengan berat badan lahir rendah (BBLR), prematur, Riwayat penyakit neonatal, riwayat diare yang sering dan berulang, Riwayat penyakit menular, dan anak yang tidak mendapatkan imunisasi. Faktor lingkungan yang turut berperan meningkatkan resiko stunting antara lain status ekonomi rendah, pendidikan keluarga terutama ibu rendah, pendapatan keluarga kurang, kebiasaan buang air besar tidak pada tempatnya, air minum yang tidak diolah dan tingginya pajanan pestisida.
Malnutrisi merupakan suatu keadaan yang dikaitkan dengan kejadian stunting. Malnutrisi dapat mengakibatkan gangguan kekebalan tubuh, infeksi berulang dan kemudian kembali lagi memicu memburuknya malnutri.
Pemaparan materi terakhir oleh Ketua LPPM Unram Prof. Dr. Ir. Sukartono, M.Agr. dengan judul Pertanian Konservasi untuk Kesehatan Tanah dan Ketahanan Pangan. Teknik pertanian konservasi bertujuan meningkatkan hasil pertanian pada skala usaha tani dengan meminimalisasi biaya pengolahan tetapi memaksimalkan produksi, disamping itu juga sebagai dasar menuju pertanian lestari, berkelanjutan dan memperbaiki mata pencaharian. Ada tiga prinsip dasar pertanian konservasi yakni: 1) Mengolah tanah seringan-ringannnya hingga tidak diolah sama sekali; 2) Menutup permukaan tanah serapat-rapatnya secara terus-menerus sepanjang tahun; 3) Tumpang sari dan rotasi tanaman. Penerapan teknik konservasi merupakan kolaborasi kegiatan budidaya tanaman serta melakukan pembenahan tanah yang rusak/kritis, mengamankan dan memelihara produktivitas tanah agar tercapainya produksi tinggi dalam waktu yang tidak terbatas, dan meningkatkan produktivitas lahan usahatani.
Untuk dapat mewujudkan ketiga hal tersebut makan dilakukan beberapa metode penerapan teknik konservasi pada lahan tegalan, yakni: 1) Teknik Konservasi Vegetatif; 2) Teknik Konservasi Mekanik; dan 3) Tanpa Pengolahan Tanah. Ketiga teknik konservasi yang diterapkan pada lahan tegalan ini mampu menjaga permukaan tanah dari erosi dan aliran permukaan (run off) yang tinggi karena adanya mulsa atau vegetasi penutup tanah (cover crop), selain itu teknik konservasi ini juga dapat memelihara bahkan menstabilkan kesuburan pada tanah dalam mewujudkan produksi yang maksimal pada skala usaha tani.
Akhirnya Seminar Gelar Wicara Universitas Mataram ini sebagai salah satu bentuk stimulan akademis kepada generasi millenial agar lebih peka dalam penanganan perubahan iklim dan memberikan melibatkan diri berkontribusi dalam upaya penanganan perubahan iklim.