Wapres Beri Kuliah Umum di Unram

Mataram, Universitas Mataram – Wakil Presiden Republik Indonesia (Wapres RI) Prof. Dr. (H.C) KH. Ma’ruf Amin melakukan kunjungan ke Universitas Mataram dalam rangka memberi kuliah umum dengan tema ”Penangkalan Paham Radikalisme di Kalangan Mahasiswa” kepada 1.500 mahasiswa di Gedung Aditorium M. Yusuf Abubakar Unram, Rabu (19/2) siang.

Kedatangan Wapres tersebut menjadi sebuah kebanggaan dan keberkahan bagi civitas akademika UNRAM di tengah kesibukan Wapres yang sangat padat.

Rektor UNRAM Prof. Dr. H. Lalu Husni, SH., M.Hum dalam sambutannya mengatakan bahwa kuliah umum dengan tema tersebut sangat relevan, mengingat isu radikalisme akhir-akhir ini telah menyebar ke kampus-kampus.

“Tentunya membutuhkan upaya-upaya preventif untuk penangannya karena sangat berbahaya dan dapat merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara” paparnya.

Dalam sambutannya Prof. Husni juga membahas Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) yang selama ini tertunda akibat adanya moratorium.

“Dari seluruh Prodi yang ada, terdapat tiga Prodi yaitu Sosiologi, Hubungan Internasional dan Komunikasi yang belum bisa berdiri di bawah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik karena terbentur kebijakan moratorium. Padahal proses permohonan izin pendirian fakultas tersebut jauh sebelum keluarnya kebijakan moratorium” jelas Prof. Husni.

Prof Husni sangat berharap Bapak Wakil Presiden dapat membantu pendirian Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) tersebut.

“Kami kesulitan untuk memerjer ketiga Prodi tersebut ke Fakultas yang sudah ada, karena tidak ada Fakultas yang serumpun basis keilmuannya” bebernya.

Lebih jauh Prof. Husni menjelaskan bahwa Unram saat ini berada di Klaster kedua dari 5 klaster Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta yang diranking oleh Kemenristek Dikti. Dia juga menyampaikan beberapa prestasi Unram diantaranya peringkat Webometrics yang menempatkan Unram pada peringkat ke 17 dari 2.390 Perguruan Tinggi di Indonesia.

Selain itu Prof Husni juga memaparkan kondisi kampus Unram pasca Gempa Bumi pada bulan Agustus 2018 lalu yang berdampak pada kerusakan bagunan fisik.

“Hingga sekarang ini yang telah tertangani sebagian dari dana APBN dan sebagian lagi dari PNBP Unram” urainya.

Prof. Husni mengatakan yang belum tertangani sebanyak 19 gedung dengan perkiraan biaya Rp. 19.7 miliar, peralatan Laboratorium senilai Rp 29 miliar dan mengaku telah mengusulkan anggaran tersebut ke Kemendikbud.

“Kami berharap kiranya mendapat respon karena perbaikan gedung dan peralatan Lab tersebut sangat dibutuhkan untuk proses belajar mengajar” katanya.

Tak hanya Rektor Unram, Gubernur NTB Dr. Muhammad Zulkiflimansyah, SE., M.Sc dalam sambutannya juga mengatakan merasa bangga dan berbahagia dengan kedatangan RI 2 tersebut ke NTB.

Bang Zul begitu sapaan akrabnya, berharap agar kegiatan kuliah umum tersebut menjadi ucapan selamat datang yang berarti.

“Kami ingin mendengar pandangan dan nasihat pak Wakil Presiden, mudah-mudahan gerak langkah kami di NTB, terutama mahasiswa, menjadi lebih kokoh, lebih kuat dalam memperbaiki pemahaman kita semua dalam kehidupan berbangsa dan bernegara” tuturnya.

Mengubah cara pandang/mindset menurut Bang Zul merupakan fungsi dari pendidikan, pengalaman dan teman berinteraksi.

“Oleh karena itu bapak Wakil Presiden, kami sebagai pimpinan baru di Nusa Tenggara Barat sehari setelah dilantik punya keberanian untuk mencanangkan 1000 anak Nusa Tenggara Barat untuk dikirim dengan beasiswa untuk melanjutkan sekolah ke luar negeri” papar Bang Zul.

Bang Zul mengatakan pesan yang paling tegas yang ingin disampaikan lewat program tersebut adalah untuk mengubah cara pandang mereka dalam menyikapi hidup dan mengingat terbatasnya mahasiswa Indonesia di luar negeri sana, maka dapat memupuk rasa kebangsaan dan nasionalisme diantara sesama mereka.

Sementara itu Wapres saat membuka acara kuliah umumnya, mengawali dengan memberi apresiasi Rektor dan Civitas Akademika Unram yang telah menginisiasi acara kuliah umum dengan mengangkat isu yang tengah hangat berkembang tersebut.

“Saya sangat mengapresiasi inisiatif Rektor dan seluruh civitas akademika Universitas Mataram untuk membahas salah satu tantangan yang sedang kita hadapi yaitu penanganan radikal terorisme” tuturnya.

“Untuk itu saya menyampaikan ucapan terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya untuk menyampaikan kuliah umum ini, karena selain tempat belajar, kampus juga menjadi tempat untuk membina karakter yang diperlukan dalam pembangunan bangsa” imbuhnya.

Mantan Ketua MUI tersebut juga mengapresiasi capaian yang telah diraih Unram sehingga Unram bisa menjadi salah satu Universitas terkemuka di Indonesia.

“Dan berbagai hal yang tadi telah disampaikan (Rektor, red.), Insyaa Allah nanti akan saya tindak lanjuti untuk saya bicarakan dengan yang berwenang. Mudah-mudahan apa yang menjadi usulan itu dapat direspon dengan baik” tuturnya.

Memulai pembahasan kuliah umum, Wapres mengajak mahasiswa yang hadir untuk memahami makna radikalisme dan mengatakan bahwa radikalisme yang harus diberantas adalah radikalisme dalam pengertian negatif yaitu radikalisme yang memanfaatkan kekerasan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.

“Pemerintah saat ini sepakat menggunakan istilah radikal terorisme untuk menunjukkan sifat radikalisme yang negatif tersebut dan hal itu juga sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang pemberantasan radikalisme” jelasnya.

“Akan tetapi saat ini radikalisme agama adalah yang paling sering digunakan untuk menjustifikasi penggunaan kekerasan” sambungnya.

Dia menegaskan bahwa radikalisme adalah cara berfikir sedangkan radikalisasi adalah transfer cara berfikir yang menyetujui kekerasan untuk tujuan tertentu.

“Oleh karena itu upaya menangkal radikalisme harus dimulai dengan upaya menangkal cara berfikir radikal dan memutus proses transfer cara berfikir radikal dari satu orang kepada orang yang lain atau dari satu kelompok kepada kelompok yang lain” paparnya.

Selanjutnya Wapres menjelaskan upaya untuk menangkal faham radikalisme adalah dengan memberikan imunisasi kepada masyarakat agar tidak mudah menerima fikiran-fikiran radikal dengan dalih apapun termasuk dalih agama.

“Proses transfer cara berfikir radikal selalu dimulai dengan penyampaian pesan fisik yang bersifat kekerasan tapi dikemas sedemikian rupa sehingga mudah dimengerti dan diterima” urainya.

Wapres juga menguraikan saluran atau channel yang digunakan untuk radikalisasi bervariasi termasuk media sosial seperti Youtube, Facebook, Twitter, Whatsapp, dan lain-lain.

“Disisi lain penerima pesan ini adalah orang-orang yang rentan, yang tidak matang secara kejiwaan, serta tidak memiliki fikiran terbuka yang umumnya dipengaruhi oleh konteks-konteks sosial seperti rasa termarginalkan, mengalami kemiskinan, atau dipengaruhi oleh kelompoknya” jelas Wapres.

Wapres mengajak mahasiswa yang hadir dalam kuliah umum tersebut setelah memahami proses transfer cara berfikir radikal terorisme, mereka semua harus mawas diri dan memastikan bahwa mereka tidak sedang berada dalam proses transfer tersebut.

“Dan jika kita melihat atau mengetahui proses transfer tersebut kita dapat menghindari dan menghentikannya” tukasnya.